Indonesia: The Next Tech Giant!
Eduardus Christmas – Founder, CEO, Chief Innovation Officer PT Evolitera, Jakarta
Beberapa waktu yang lalu, Indonesia mulai menjadi sorotan mata dunia
dalam hal web technology. Berita yang ditulis oleh TechCrunch, sebuah
media massa bergengsi di Silicon Valley menunjukkan hal tersebut. Bukan
bangga karena Evolitera masuk di dalamnya, melainkan karena Indonesia
yang dahulu hanya dipandang sebagai “market” dari produk semacam
Facebook atau Twitter, kini mulai dilirik sebagai “maker” alias
produser! Hal ini diperkuat dengan mulai masuknya investor asing yang
berminat mendanai beberapa start up lokal di bidang web, pertanda bahwa
kualitas entrepreneur lokal mulai dilirik.
Kreativitas dan kemampuan berpikir anak
Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi jelas tidak kalah
mumpuni. Lihat saja murid-murid SMK yang sudah mampu membuat mobil, para
juara olimpiade matematika, fisika, juara robotik internasional, dan
banyak lagi. Ditambah, sekarang semakin banyak event kompetisi inovasi
di bidang teknologi yang digelar berbagai institusi, baik pemerintah,
institusi pendidikan, maupun perusahaan swasta.
Mimpikah Indonesia menjadi salah satu kiblat teknologi dunia? Menurut
Dwi Nuryanto (2010) dengan perkembangan dunia saat ini, persaingan
ideologis telah berganti menjadi persaingan inovasi antar bangsa. Yang
dibutuhkan saat ini bukan lagi perdebatan ideologis dan falsafah negara,
apalagi Indonesia sudah memiliki Pancasila sebagai ‘ideologi yang
ideal’. Yang kita butuhkan saat ini adalah inisiatif-inisiatif dan
inovasi untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada di muka bumi,
baik masalah nasional maupun internasional.
Di Indonesia, sebuah negara demokrasi dengan perekonomian yang
terbuka, di mana hak-hak ekonomi pribadi diakui, maka salah satu jalan
yang terbuka lebar adalah inovasi yang bersumber dari orang-perorangan
(atau kelompok non-pemerintah). Inovasi dihasilkan oleh sektor swasta,
dibantu oleh dunia akademik (kampus). Di sinilah peran para
technopreneur (entrepreneur di bidang teknologi) akan teruji, dalam
memajukan bangsa ini.
Berikut adalah faktor yang mendukung berkembangnya technopreneurship dan inovasi.
Bangsa yang kreatif. Indonesia adalah bangsa dengan ragam seni budaya
tinggi. Industri kreatif di negara ini sangat hidup. Tidak hanya
kreatifitas kesenian, masyarakat pun dapat menyelesaikan problematika
mereka dengan kreatif. Tengok saja kampung-kampung yang tidak dialiri
listrik PLN namun mampu menghasilkan listrik bagi kebutuhan mereka
sendiri.
Kemampuan scientific. Sebelumnya sudah saya sebutkan beberapa
prestasi anak-anak bangsa yang membanggakan di kancah kompetisi science
level global.
Sumber daya yang tersedia. Wilayah Indonesia yang subur dan berlimpah
kekayaan alam, membuat orang bilang: “tongkat kayu dan batu jadi
tanaman”, dan kita juga tahu betapa melimpahnya kekayaan bahan baku
energi di tanah kita. Akan tetapi seringkali pertanyaan menusuk, mengapa
lebih banyak bangsa asing yang menguasai kekayaan kita.
Menurut saya, kekayaan energi tidak terbatas pada batubara, gas,
minyak bumi saja. Apakah garis pantai yang panjang bukan anugerah? Di
garis pantai itu dapat diletakkan turbin angin penghasil listrik. Suatu
investasi yang mungkin mahal, tetapi Indonesia tidak akan kekurangan
energi selamanya. Biarlah negara lain mengeruk kekayaan energi kita saat
ini, tetapi di masa depan Indonesia akan menjadi salah satu pusat
renewable energy dunia. Teknologinya? Saya yakin mahasiswa teknik sudah
bisa membuatnya!
Beban usaha yang (relatif) murah. Bayangkan jika Anda memulai sebuah
perusahaan di negara-negara seperti US atau Eropa. Berapakah beban gaji
dan sewa kantor yang harus ditanggung? Belum lagi Anda harus bertahan
hidup tanpa gaji (atau gaji minimal) dengan biaya hidup yang tinggi
ketika baru membangun usaha.
Di Indonesia, kita bisa memulai usaha dengan jauh lebih murah. OK-lah
menurut peringkat IFC, negara kita kurang business friendly. Akan
tetapi, hasil obrolan saya dengan beberapa entrepreneur yang sudah
sukses, mereka berkata: “Kalau you mau sukses jadi kaum profesional, you
musti pergi ke Amerika atau Singapura. Tapi kalau you mau kaya, ya di
Indonesia ini!” Saya sepakat dengan hal ini.
Huge domestic market. Seorang technopreneur Singapura pernah
mengatakan kepada saya bahwa mereka mengalami kendala ketika harus
memasarkan produk mereka. Sama seperti Israel, mereka harus membuat
produk-produk yang benar-benar berteknologi tinggi. Istilahnya kerennya:
ground-breaking technology. Teknologi yang akan digunakan untuk membuat
teknologi. Teknologi yang sangat sulit. Berbeda dengan Indonesia, RRC,
atau Amerika Serikat yang dapat dengan mudah menjual produk-produk
consumer technology untuk pasarnya sendiri.
Mimpikah Indonesia menjadi salah satu kiblat teknologi dunia? I
believe in that dream! Semua impian tersebut akan terjadi, dengan
syarat:
- Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Korupsi telah melemahkan mental dan moralitas bangsa. Akhirnya, banyak orang cerdas yang tersingkir, tergusur oleh orang-orang haus kekuasaan dan materi.
- Pendidikan dengan penekanan pada budaya riset. Pendidikan seharusnya diarahkan kepada kompetensi, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, dan mendorong kreatifitas yang tinggi. Universitas berpotensi menyumbangkan teknologi yang dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Bahkan, para peneliti kampus sangat berpotensi menjadi entrepreneur (scientist entrepreneurship).
- Pembiayaan perusahaan-perusahaan start-up berbasis teknologi. Sulit rasanya jika perusahaan muda di bidang teknologi dibiayai oleh perbankan karena tidak adanya jaminan fisik serta tingginya resiko usaha. Oleh karena itu, pembiayaan tipe modal ventura atau venture capital perlu dibangun dengan benar.
Saat ini sudah bukan masanya berbangga diri dengan natural resource
yang kaya. Indonesia di masa mendatang akan bangga karena tingkat
kompetensi human resource–nya yang tinggi. Kreatifitas dan kemampuan
(kapabilitas) anak muda Indonesia, jika digabungkan dengan semangat
technopreneurship, maka akan menjadi kekuatan-kekuatan dahsyat bangsa
ini. Akan lahir General Electric-General Electric baru, Ford-Ford baru,
Google-Google baru, Facebook-Twitter baru, yang didirikan oleh anak
bangsa Indonesia, dengan teknologi yang setara dengan produksi negara
maju di masa mendatang!
Pada akhirnya, saya teringat sebuah pesan yang didengungkan oleh Bung Karno hampir setengah abad yang lalu:
“Engkau bisa memberi apa kepada Ibu Pertiwi? Engkau bisa memberi mawar? Berilah mawar kepada Ibu Pertiwi. Engkau bisa memberi melur? Berilah melur pada Ibu Pertiwi. Engkau bisa memberi cempaka? Berilah cempaka pada Ibu Pertiwi.” (Soekarno, 1959).
Satu hal yg perlu saya garis bawahi, bahwa Indonesia adalah negara
merdeka, di mana kita semua berkesempatan utk menjadi Tuan-Tuan di
negara kita sendiri. Jangan sampai kita berpuas diri menjadi sebuah
bangsa yang merdeka. Percayalah, kita akan menjadi bangsa yang
maju!
Hanya kaum muda terpelajar yg bisa memutuskan nasib bangsa ini.
MERDEKA!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar