Kamis, 08 Maret 2012

Cerita Inspiratif Anak Indonesia - 3

Surat untuk Andrea!!


Yogi Harsudiono – PNS, Jakarta

Halo, Nak. Setelah sekian lama, akhirnya kamu membaca surat ini. Pada saat kamu membaca surat ini mungkin sudah bertahun-tahun semenjak surat ini selesai Ayah dan Ibu tulis. Lama ya? Tidak apa-apa, Ayah memang mengharapkan kamu bisa membaca surat ini pada saat kamu memang sudah mampu untuk mencernanya dengan baik. Surat ini berisi cerita, harapan, serta petunjuk dari Ayah dan Ibu untuk kamu menjalani dan menikmati hidup kamu.

Namamu adalah  Andrea Padma Drupadi. Ayahmu bekerja untuk pemerintah dan ibumu adalah pekerja kreatif di bidang jurnalistik. Kakekmu seorang guru dan nenekmu seorang dokter. Kakek buyutmu adalah seorang tentara dan nenek buyutmu adalah seorang guru. Itu sejarah singkat dirimu.

Walaupun kamu akan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama kami, tetapi kehidupan kamu yang sebenarnya akan dimulai di luar rumah. Yang pertama adalah di sekolah. Nak, pada saat kamu memulai sekolah nanti kamu akan diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Kamu akan diajari dan diceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada di negeri kita. Ya, kerajaan. Kerajaan itu nyata Nak, tidak hanya terdapat di buku ceritamu saja. Negeri kita ini dahulu memiliki kerajaan-kerajaan yang sangat banyak dan sangat kuat. Para raja termahsyur yang pernah ada di negeri ini terkenal pandai, kuat, berani lagi arif bijaksana. Mereka mewariskan nilai-nilai kebajikan ciri khas orang Timur kepada kita, yaitu kehormatan, kasih sayang dan kerja keras. Kamu akan bertemu dengan banyak orang, cukup berpegang pada tiga nilai tersbeut maka kamu akan memiliki banyak kawan.

Semasa bertugas untuk pemerintah, Ayah berkesempatan mengelilingi penjuru negeri ini dan Ayah menyaksikan dengan mata kepala sendiri kekayaan dan keindahan alam negeri kita. Salah satunya adalah bumi Kalimantan. Bumi Kalimantan menyembunyikan sumber energi yang yang sangat besar jumlahnya. Saking besarnya energi tersebut sampai pada saat Ayah berkunjung kesana tanah yang Ayah pijak terasa panas dan mengeluarkan uap, seakan-akan siap memuntahkan segala isinya. Di lain kesempatan Ayah sempat berkunjung ke Tanah Maluku. Amboi nian pemandangannya, birunya laut dan hijaunya gunung ditempatkan di dalam satu kanvas Tuhan. Sungguh adil jua Tuhan kita, negeri kita selain diberi pesona alam yang menakjubkan, rakyatnya pun diberkahi oleh kecantikan dan kepandaian tiada tara. Senyum yang paling indah dimiliki oleh senyum oleh saudara-saudara kita yang tinggal di bagian Timur negeri ini dan tidak ada yang menandingi kecerdasan berhitung dari saudara-saudara kita di bagian Barat Pulau Sumatera.

Nenek buyutmu mewarisi budaya kesenian negeri kita dengan suara merdunya. Beliau sering bernyayi untuk Ayah lagu-lagu daerah untuk menemani Ayah tidur. Dengan beragam karakter suara yang unik, negeri kita disegani di pentas seni tingkat dunia. Banyak penyanyi dari negeri kita yang menjadi juara kompetisi tingkat dunia. Ya, tingkat dunia. Ada satu kelompok bernyanyi yang kita biasanya menyebutnya dengan “Penyanyi-penyanyi Elfa”. Tidak terhitung sudah berbagai penghargaan yang sudah mereka dapatkan dalam semua lomba yang mereka ikuti.

Dalam bidang olahraga, negeri kita terkenal akan kepiawaiannya dalam olahraga bulu tangkis. Ada satu cerita tentang satu orang yang sampai saat ini dianggap sebagai pebulu-tangkis terhebat yang pernah kita miliki. Pada satu kejuaraan internasional, dia pernah tertinggal 13 poin dari lawannya. Skor pada saat itu adalah 1-14. Lawan hanya membutuhkan satu poin lagi untuk menang tetapi dia tidak menyerah. Satu per satu poin dikumpulkan dengan susah payah sehingga skor akhirnya imbang 14-14, deuce. Kami tidak perlu bercerita lagi, akhirya dia memenangkan pertandingan tersebut. Menakjubkan bukan keuletan dan kegigihan yang dimiliki oleh atlet kita? Sampai saat ini, kita semua memanggilnya dengan nama Rudy.

Ayah ingin bercerita tentang kakek buyutmu. Kamu tahu Nak, kakek buyutmu adalah contoh nyata dari seorang pejuang. Kakek buyut tergabung dalam lulusan pertama dari Akademi Militer Nasional di kota Jogjakarta. Pada saat itu kakek buyut berumur 22 tahun dan berpangkat Letnan Dua dalam Pasukan Siliwangi. Pasukan yang dipimpin oleh kakek buyut sejumlah 10 orang anak buah yang terdiri dari pejuang-pejuang yang berumur 30 dan 40 tahun, jauh lebih tua dibanding usia kakek buyut saat itu. Kakek buyut memimpin pasukannya berjalan kaki ratusan kilometer bergerilya melawan penjajah. Bukan perkerjaan mudah bagi seorang tentara muda karena sepanjang peperangan, kontak senjata kerap terjadi. Kakek buyut bercerita kepada Ayah bahwa hanya semangat kemerdekaan yang menggebu di dalam hatinya dan kawan-kawannya yang membuat mereka mampu melakukan perjuangan tersebut. Di kesempatan lain, kakek buyut juga bercerita kepada Ayah bahwa dia pernah terluka di medan perang akibat terkena peluru dari tentara penjajah. Sampai sekarang, peluru tersebut meninggalkan luka tembak warna hitam yang membekas di punggungnya. Kakek buyut berkata bahwa kalau terkena tembakan maka jangan pernah minum sebelum luka tersebut diobati. Jika minum sebelum luka tersebut diobati maka luka bakarnya akan sangat perih dan hampir mustahil untuk menahannya tanpa kehilangan kesadaran. Apabila kehilangan kesadaran di tengah perang yang berlangsung maka hampir pasti akan kehilangan nyawa juga. Kakek buyutmu adalah pejuang sejati, seperti banyak pahlawan lain yang akan kamu ketahui nanti.

Ah Nak, takkan habis Ayah dan Ibu bercerita kepadamu tentang negeri kita ini beserta semua keelokkan dan sejarahnya. Kami hanya ingin membekalimu dengan cukup ilmu pengetahuan sebelum kamu akan menjadi bagian dari masyarakat negeri kita dan berkontribusi untuk mereka. Kami memperkirakan usia kamu akan menginjak 22 tahun ketika kami menghadiri wisuda sarjanamu. Kami tahu kami akan bangga pada saat itu karena kamu telah tumbuh menjadi seorang dengan kepribadian yang baik dan kecerdasan yang mengagumkan. Pada saat kamu mencari pekerjaan, jangan ragu untuk mengambil tawaran bekerja di Alaska, Amerika Selatan atau bahkan Afrika sekalipun! Saatnya kamu untuk melihat dunia dan tidak ada saat yang lebih baik lagi ketimbang saat itu. Sebarkan cerita indah tentang kebudayaan kita, berikanlah contoh semangat dan keuletan pantang menyerah khas pejuang kita. Langit bukanlah batasan untuk mengejar impianmu dan beserta dirimu, doa Ayah dan Ibu selalu menyertai. Jangan lupa, ketika kamu pertama kali bertemu dengan kawan maka perkenalkanlah dirimu dengan tegas dan lantang, “Nama saya Andrea Padma Drupadi, saya dari Indonesia.”.

Teriring doa,
Ayah dan Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar