Surat untuk Andrea!!
Yogi Harsudiono – PNS, Jakarta
Halo, Nak. Setelah sekian lama, akhirnya kamu membaca surat ini. Pada
saat kamu membaca surat ini mungkin sudah bertahun-tahun semenjak surat
ini selesai Ayah dan Ibu tulis. Lama ya? Tidak apa-apa, Ayah memang
mengharapkan kamu bisa membaca surat ini pada saat kamu memang sudah
mampu untuk mencernanya dengan baik. Surat ini berisi cerita, harapan,
serta petunjuk dari Ayah dan Ibu untuk kamu menjalani dan menikmati
hidup kamu.
Namamu adalah Andrea Padma Drupadi. Ayahmu bekerja untuk pemerintah
dan ibumu adalah pekerja kreatif di bidang jurnalistik. Kakekmu seorang
guru dan nenekmu seorang dokter. Kakek buyutmu adalah seorang tentara
dan nenek buyutmu adalah seorang guru. Itu sejarah singkat dirimu.
Walaupun kamu akan menghabiskan banyak
waktu di rumah bersama kami, tetapi kehidupan kamu yang sebenarnya akan
dimulai di luar rumah. Yang pertama adalah di sekolah. Nak, pada saat
kamu memulai sekolah nanti kamu akan diajarkan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Kamu akan diajari dan diceritakan tentang sejarah
kerajaan-kerajaan yang pernah ada di negeri kita. Ya, kerajaan. Kerajaan
itu nyata Nak, tidak hanya terdapat di buku ceritamu saja. Negeri kita
ini dahulu memiliki kerajaan-kerajaan yang sangat banyak dan sangat
kuat. Para raja termahsyur yang pernah ada di negeri ini terkenal
pandai, kuat, berani lagi arif bijaksana. Mereka mewariskan nilai-nilai
kebajikan ciri khas orang Timur kepada kita, yaitu kehormatan, kasih
sayang dan kerja keras. Kamu akan bertemu dengan banyak orang, cukup
berpegang pada tiga nilai tersbeut maka kamu akan memiliki banyak kawan.
Semasa bertugas untuk pemerintah, Ayah berkesempatan mengelilingi
penjuru negeri ini dan Ayah menyaksikan dengan mata kepala sendiri
kekayaan dan keindahan alam negeri kita. Salah satunya adalah bumi
Kalimantan. Bumi Kalimantan menyembunyikan sumber energi yang yang
sangat besar jumlahnya. Saking besarnya energi tersebut sampai pada saat
Ayah berkunjung kesana tanah yang Ayah pijak terasa panas dan
mengeluarkan uap, seakan-akan siap memuntahkan segala isinya. Di lain
kesempatan Ayah sempat berkunjung ke Tanah Maluku. Amboi nian
pemandangannya, birunya laut dan hijaunya gunung ditempatkan di dalam
satu kanvas Tuhan. Sungguh adil jua Tuhan kita, negeri kita selain
diberi pesona alam yang menakjubkan, rakyatnya pun diberkahi oleh
kecantikan dan kepandaian tiada tara. Senyum yang paling indah dimiliki
oleh senyum oleh saudara-saudara kita yang tinggal di bagian Timur
negeri ini dan tidak ada yang menandingi kecerdasan berhitung dari
saudara-saudara kita di bagian Barat Pulau Sumatera.
Nenek buyutmu mewarisi budaya kesenian negeri kita dengan suara
merdunya. Beliau sering bernyayi untuk Ayah lagu-lagu daerah untuk
menemani Ayah tidur. Dengan beragam karakter suara yang unik, negeri
kita disegani di pentas seni tingkat dunia. Banyak penyanyi dari negeri
kita yang menjadi juara kompetisi tingkat dunia. Ya, tingkat dunia. Ada
satu kelompok bernyanyi yang kita biasanya menyebutnya dengan
“Penyanyi-penyanyi Elfa”. Tidak terhitung sudah berbagai penghargaan
yang sudah mereka dapatkan dalam semua lomba yang mereka ikuti.
Dalam bidang olahraga, negeri kita terkenal akan kepiawaiannya dalam
olahraga bulu tangkis. Ada satu cerita tentang satu orang yang sampai
saat ini dianggap sebagai pebulu-tangkis terhebat yang pernah kita
miliki. Pada satu kejuaraan internasional, dia pernah tertinggal 13 poin
dari lawannya. Skor pada saat itu adalah 1-14. Lawan hanya membutuhkan
satu poin lagi untuk menang tetapi dia tidak menyerah. Satu per satu
poin dikumpulkan dengan susah payah sehingga skor akhirnya imbang 14-14,
deuce. Kami tidak perlu bercerita lagi, akhirya dia
memenangkan pertandingan tersebut. Menakjubkan bukan keuletan dan
kegigihan yang dimiliki oleh atlet kita? Sampai saat ini, kita semua
memanggilnya dengan nama Rudy.
Ayah ingin bercerita tentang kakek buyutmu. Kamu tahu Nak, kakek
buyutmu adalah contoh nyata dari seorang pejuang. Kakek buyut tergabung
dalam lulusan pertama dari Akademi Militer Nasional di kota Jogjakarta.
Pada saat itu kakek buyut berumur 22 tahun dan berpangkat Letnan Dua
dalam Pasukan Siliwangi. Pasukan yang dipimpin oleh kakek buyut sejumlah
10 orang anak buah yang terdiri dari pejuang-pejuang yang berumur 30
dan 40 tahun, jauh lebih tua dibanding usia kakek buyut saat itu. Kakek
buyut memimpin pasukannya berjalan kaki ratusan kilometer bergerilya
melawan penjajah. Bukan perkerjaan mudah bagi seorang tentara muda
karena sepanjang peperangan, kontak senjata kerap terjadi. Kakek buyut
bercerita kepada Ayah bahwa hanya semangat kemerdekaan yang menggebu di
dalam hatinya dan kawan-kawannya yang membuat mereka mampu melakukan
perjuangan tersebut. Di kesempatan lain, kakek buyut juga bercerita
kepada Ayah bahwa dia pernah terluka di medan perang akibat terkena
peluru dari tentara penjajah. Sampai sekarang, peluru tersebut
meninggalkan luka tembak warna hitam yang membekas di punggungnya. Kakek
buyut berkata bahwa kalau terkena tembakan maka jangan pernah minum
sebelum luka tersebut diobati. Jika minum sebelum luka tersebut diobati
maka luka bakarnya akan sangat perih dan hampir mustahil untuk
menahannya tanpa kehilangan kesadaran. Apabila kehilangan kesadaran di
tengah perang yang berlangsung maka hampir pasti akan kehilangan nyawa
juga. Kakek buyutmu adalah pejuang sejati, seperti banyak pahlawan lain
yang akan kamu ketahui nanti.
Ah Nak, takkan habis Ayah dan Ibu bercerita kepadamu tentang negeri
kita ini beserta semua keelokkan dan sejarahnya. Kami hanya ingin
membekalimu dengan cukup ilmu pengetahuan sebelum kamu akan menjadi
bagian dari masyarakat negeri kita dan berkontribusi untuk mereka. Kami
memperkirakan usia kamu akan menginjak 22 tahun ketika kami menghadiri
wisuda sarjanamu. Kami tahu kami akan bangga pada saat itu karena kamu
telah tumbuh menjadi seorang dengan kepribadian yang baik dan kecerdasan
yang mengagumkan. Pada saat kamu mencari pekerjaan, jangan ragu untuk
mengambil tawaran bekerja di Alaska, Amerika Selatan atau bahkan Afrika
sekalipun! Saatnya kamu untuk melihat dunia dan tidak ada saat yang
lebih baik lagi ketimbang saat itu. Sebarkan cerita indah tentang
kebudayaan kita, berikanlah contoh semangat dan keuletan pantang
menyerah khas pejuang kita. Langit bukanlah batasan untuk mengejar
impianmu dan beserta dirimu, doa Ayah dan Ibu selalu menyertai. Jangan
lupa, ketika kamu pertama kali bertemu dengan kawan maka perkenalkanlah
dirimu dengan tegas dan lantang, “Nama saya Andrea Padma Drupadi, saya
dari Indonesia.”.
Teriring doa,
Ayah dan Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar